Apakah Metformin Bikin Kurus?

Pendahuluan Obesitas dan Metformin

Angka obesitas di negara berkembang tuh makin naik aja, bro. WHO bilang sekarang ada lebih dari 1 milyar orang di dunia yang overweight, dan minimal 300 juta di antaranya obesitas. Di Indonesia juga, jumlah orang obesitas makin banyak. Data Riskesdas 2013 bilang prevalensi obesitas di cewek-cewek tuh 32,9%, lebih tinggi dari cowok-cowok yang cuma 19,7%. Angka ini naik banget dibandingkan tahun 2010 yang cewek-cewek cuma 15,5% dan cowok-cowok 7,8%.

Baca Juga : Apakah Metformin Aman untuk Ginjal?

Obesitas itu punya pengaruh besar banget di hidup kita. Banyak masalah serius yang sering dialami orang obesitas, bikin kualitas hidup rendah, angka sakit-sakitan naik, dan kematian di usia muda juga naik. Menurut beberapa studi, orang obesitas sering dapat stigma negatif dan diskriminasi di sekolah, kerjaan, dan kehidupan sosial, jadinya produktivitas mereka rendah.

Berat badan pada akhir minggu ke-0 dan ke-4 kelompok metformin lepas lambat
Berat badan pada akhir minggu ke-0 dan ke-4 kelompok metformin lepas lambat

Lemak yang numpuk di tubuh orang obesitas bisa hasilin zat yang bikin sindrom metabolik kayak dislipidemia dan resistensi insulin. Resistensi insulin ini juga bisa disebabkan oleh asam lemak dari sel lemak yang numpuk di hati dan otot. Ini yang bikin orang obesitas rentan kena penyakit jantung koroner dan stroke. Intoleransi glukosa juga bisa jadi awal dari diabetes mellitus (DM).

Karena bahaya obesitas gede banget, kita perlu usaha buat ngatasinnya. The Diabetes Prevention Program (DPP) udah buktiin kalo aktivitas fisik sedang dan perubahan pola makan bisa turunin berat badan 5-7% dan juga turunin risiko diabetes 58%. Menurunin berat badan, ubah pola makan, dan olahraga yang efektif juga bisa turunin risiko penyakit kardiovaskular dan perbaiki fungsi pembuluh darah. Tapi, nyatanya program penurunan berat badan susah kalo cuma pake perubahan pola hidup aja, kadang butuh obat-obatan juga.

Metformin adalah golongan biguanid yang bisa hambat produksi glukosa di hati, turunin absorbsi di usus, dan ningkatin sensitivitas insulin. Penelitian dari Al-qallaf (2016) bilang 44% sukarelawan turun berat badan setelah konsumsi metformin. FDA bilang penurunan berat badan minimal 5% harus dicapai dari terapi obesitas, dan metformin cocok buat pasien DM dengan obesitas karena bisa turunin berat badan dan resistensi insulin. Tapi, metformin buat obesitas tanpa diabetes masih kontroversial, apalagi metformin lepas lambat. Metformin cukup efektif dan aman buat turunin berat badan pada kasus obesitas dan bisa cegah diabetes mellitus tipe 2 (Igel et al., 2016). Sampai sekarang juga belum jelas pengaruh metformin terhadap pola konsumsi kalori pada kasus obesitas. Jadi, perlu ada studi tentang pengaruh metformin lepas lambat terhadap penurunan berat badan dan pola konsumsi kalori pada sukarelawan obesitas muda dibandingkan metformin reguler.

Pembahasan

Metformin lepas lambat tuh rata-rata bakal ngelepasin 90% kandungan obatnya dalam 10 jam, sedangkan metformin reguler cuma butuh 30 menit. Ini artinya kontrol pelepasan obat metformin lepas lambat tuh lebih oke, jadi gak gampang numpuk di tubuh. Kalau diminum bareng makan malam, gelshield diffusion system dari metformin lepas lambat bakal nyesuaiin sama fisiologi normal pengosongan pencernaan yang lambat pas malem, jadi obatnya bisa diserap lebih lama dan cukup diminum sekali sehari (Jabbour and Ziring, 2011).

Beberapa penelitian sebelumnya udah nunjukin kalau kombinasi pola hidup sehat dan metformin bisa ngasih hasil positif buat parameter kardiometabolik dan antropometri (Manaf, 2007). Indian Diabetes Prevention Program (IDPP) study tahun 2006 nemuin bahwa kombinasi pola hidup sehat dan metformin bisa ngurangin risiko diabetes sebesar 26,4% di kelompok yang cuma pola hidup sehat dan 28,2% di kelompok yang juga minum metformin (Ramachandran et al., 2006). Azcona-Sanjulian et al. (2015) nunjukin kalau anak-anak dan remaja obesitas yang minum metformin bareng diet dan perubahan gaya hidup, berat badannya bisa turun signifikan.

Di Indonesia, ada dua penelitian yang juga dapet hasil mirip. Berat badan bisa turun sekitar 6% setelah 12 minggu pola hidup sehat pada pasien obesitas (Alrasyid, 2007). Penelitian di Padang tahun 2008 juga nemuin perbaikan parameter antropometri, kadar glukosa darah, profil lipid, dan adiponektin setelah 12 minggu pola hidup sehat dan tambahan metformin (Manaf, 2007).

Di penelitian ini, kelompok yang minum metformin lepas lambat berat badannya turun lebih banyak dibanding yang minum metformin reguler dalam 4 minggu. Yang minum metformin lepas lambat berat badannya turun rata-rata 5,08%, sementara yang minum metformin reguler cuma turun 2,60%. Hasil ini beda sama DPP study atau IDPP study. Bahkan, hasil ini lewat batas yang ditetapin US FDA buat efikasi penurunan berat badan di atas 5% setelah 12 minggu terapi anti obesitas (Bray, 2010). Ini bukti kuat kalau metformin lepas lambat efektif buat turunin berat badan sama kayak metformin reguler pada pasien obesitas non-diabetes.

Ada beberapa hal yang bedain hasil penelitian ini sama yang sebelumnya: a) populasi penelitian ini mayoritas gak punya toleransi glukosa terganggu (TGT) dan kadar glukosa darah puasa terganggu (KGDPT), b) usia populasi penelitian ini relatif lebih muda jadi metabolisme basal lebih tinggi, c) batasan IMT di penelitian ini pakai standar obesitas Asia Pasifik (IMT ≥ 25 kg/m²) yang lebih rendah dibanding standar WHO (IMT ≥ 30 kg/m²), d) sampel penelitian ini lebih sedikit dibanding penelitian sebelumnya.

Penurunan berat badan signifikan di kelompok yang minum metformin lepas lambat di penelitian ini jadi dukungan baru buat penelitian yang pakai metformin pada pasien obesitas tanpa diabetes. Penelitian ini juga nemuin efek positif metformin dan metformin lepas lambat pada kondisi vaskular. Penelitian di Nigeria tahun 2009 oleh Abubakar nemuin gak ada korelasi pasti antara penurunan tekanan darah dengan penurunan berat badan (Abubakar, 2009). Efek positif metformin yang bisa perbaiki vaskular dan tekanan darah pada pola hidup sehat adalah perbaikan fungsi endotel, hemostasis, inflamasi vaskular, dan stres oksidatif (Decroli, 2008; Chan and Davidson, 2007).

Kedua kelompok baik yang minum metformin lepas lambat maupun reguler gak ngalamin perubahan signifikan dalam konsumsi kalori. Diduga karena metformin menghambat penyerapan karbohidrat di usus setelah makan, jadi glukosa yang diserap tubuh berkurang dan tubuh bakal memecah lemak buat energi, yang bisa turunin berat badan. Penelitian sebelumnya, selain metformin, responden juga diet ketat dan olahraga 3-4 kali seminggu, jadi asupan kalori diatur dan berat badan turun (Hardiman et al., 2009).

Penelitian Bouchoucha et al. (2010) nunjukin kalau kelompok yang minum metformin ngalamin gangguan pencernaan kayak mual, diare, dan rasa gak nyaman, dan gangguan penyerapan glukosa. Meski konsumsi kalori gak berubah, gangguan penyerapan glukosa bisa ngurangin kecukupan kalori. Waktu paruh metformin lepas lambat lebih lama, jadi nyesuaiin sama pengosongan pencernaan yang lambat pas malem sehingga penyerapan metformin lebih lama. Akhirnya, mekanisme ini bisa turunin berat badan. Sebagian karbohidrat gak diserap usus, jadi dimanfaatkan mikroba di usus atau dibuang bareng feses.

Kesimpulan

Metformin lepas lambat lebih efektif buat nurunin berat badan dibanding metformin reguler pada orang yang obesitas. Penurunan berat badan ini diperkirakan karena metformin lepas lambat menghambat penyerapan karbohidrat, khususnya glukosa, soalnya di kedua kelompok nggak ada penurunan konsumsi kalori.


Referensi :

Abrori, C., Tiya, L., & Rosalina, D. (2017). Efek Metformin Lepas Lambat dalam Penurunan Berat Badan dan Jumlah Asupan Kalori pada Sukarelawan Obesitas. J. Agromedicine Med. Sci, 3(1), 50-55.

Muhammad Ikmaluddin Furqon
Muhammad Ikmaluddin Furqon Hai nama saya adalah ikmal, saya adalah seorang dokter muda yang saat ini sedang menjalankan program profesi dokter, sembari belajar kedokteran saya akan membuat artikel-artikel penelitian di blog ini

Tidak ada komentar untuk "Apakah Metformin Bikin Kurus?"