Perbandingan Glimepiride dan Metformin

Pendahuluan metformin dan glimepirid

Metformin tuh monoterapi yang paling direkomendasi buat diabetes melitus tipe 2 (T2DM). Studi Diabetes Prospektif Inggris (UKPDS) nemuin kalo metformin lebih efektif dibanding klorpropamid, glibenklamid, dan insulin. Asosiasi Diabetes Amerika (ADA) juga rekomen metformin sebagai obat pilihan pertama buat pasien T2DM, terutama yang kelebihan berat badan. Institut Nasional Inggris buat Kesehatan dan Keunggulan Klinis (NICE) juga rekomen metformin kalo pasien ada risiko hipoglikemia.

Perbandingan Glimepiride dan Metformin
Perbandingan Glimepiride dan Metformin

Rekomendasi terbaru ADA dan NICE di-update dengan hasil UKPDS, pemantauan pasca-percobaan UKPDS, dan tinjauan sistematis yang bandingin metformin sama plasebo, sulfonilurea, dan obat anti-diabetes lainnya, serta uji coba terkontrol acak (RCT) yang bandingin monoterapi metformin sama pioglitazone, metformin plus nateglinide, metformin plus rosiglitazone, dan pengobatan non-metformin lainnya. Tanaman herbal dan vitamin juga bisa digunakan sebagai pengobatan diabetes melitus.

Meta-analisis RCT soal kemanjuran metformin dalam ngatasin T2DM nemuin kalo metformin ga punya bukti jelas buat kemanjuran dibanding pengobatan konvensional atau plasebo. Tinjauan pustaka baru-baru ini nunjukin kalo metformin, meski udah lama, tetep jadi pengobatan terbaik buat T2DM, tapi tinjauan itu bukan tinjauan sistematis atau meta-analisis. Tinjauan itu juga ga mencakup RCT terbaru yang bandingin metformin sama glimepiride dalam monoterapi T2DM.

Glimepiride adalah sulfonilurea generasi terbaru buat ngatasin T2DM. Obat ini punya risiko kardiovaskular yang lebih rendah dibanding sulfonilurea konvensional. RCT terbaru nemuin kalo obat ini sebanding sama metformin dalam ngatasin pasien T2DM, termasuk yang ga respons baik terhadap sulfonilurea non-glimepiride. Mungkin karena peluncuran glimepiride yang terlambat dan kurangnya RCT komparatif head-to-head, rekomendasi awal UKPDS, ADA, dan NICE ga mencakup hasil RCT yang bandingin metformin sama glimepiride dalam monoterapi, tapi mereka masukin temuan kalo sulfonilurea punya risiko peningkatan hipoglikemia, penambahan berat badan, dan masalah kardiovaskular.

Studi kohort terbaru mengkonfirmasi peningkatan risiko kardiovaskular dari glimepiride, tapi ga membahayakan kardiovaskular pada pasien dengan penyakit arteri koroner yang terdiagnosis. Penelitian ini bertujuan buat bandingin efikasi antara metformin dan glimepiride dalam monoterapi T2DM lewat meta-analisis dan melengkapi bukti yang hilang dari tinjauan sebelumnya dan pedoman klinis.

Apa bedanya glimepiride dan metformin

Metformin tetap jadi monoterapi paling efektif buat T2DM, meskipun keunggulannya makin berkurang dibanding obat anti-diabetes yang lebih baru. Penelitian sebelumnya yang bandingin efikasi metformin sama sulfonilurea nunjukin kalo metformin jauh lebih baik dalam ngendaliin HbA1c, FPG, BMI, LDL, dan TG. Glimepiride, sulfonilurea yang lebih baik buat ngatasin T2DM, menurut studi meta-analitik terbaru, ternyata ga beda jauh sama metformin dalam ngendaliin HbA1c, FPG, dan BMI.

Meta-analisis ini nunjukin kalo metformin dan glimepiride sama-sama efektif buat kontrol glikemik T2DM. Metformin lebih unggul dalam manajemen BMI dan metabolisme lipid, tapi keunggulannya cuma signifikan dalam jangka pendek. 

Hasil ini kuat setelah evaluasi analisis sensitivitas yang ngecualiin RCT kecil dan peserta yang ga respons sama sulfonilurea non-glimepiride atau yang terima pengobatan anti-diabetes. Bedanya metformin dan glimepiride jadi ga signifikan dalam RCT besar. Bahkan buat pasien yang ga respons sama sulfonilurea konvensional, glimepiride dan metformin setara dalam kontrol glikemik. Temuan ini ga bisa dicapai kalo bandingin sulfonilurea (termasuk glimepiride) sebagai kelompok dengan metformin.

Analisis efek samping nunjukin kalo glimepiride punya lebih banyak episode hipoglikemia, sesuai hasil sebelumnya yang bilang metformin lebih sedikit menyebabkan hipoglikemia dibanding sulfonilurea, tapi metformin punya risiko gangguan gastrointestinal yang lebih tinggi. Efek samping penambahan berat badan ga signifikan dalam RCT yang disertakan, konsisten sama temuan penelitian sebelumnya tentang masalah penambahan berat badan akibat glimepiride.

Dosis harian metformin pengaruhi efikasi dan efek sampingnya. Kalo dosis harian metformin lebih dari 1000 mg, kemungkinan gangguan gastrointestinal bakal meningkat drastis. Analisis sensitivitas dosis harian metformin nunjukin metformin lebih unggul dari glimepiride cuma pada BMI dengan dosis rendah dan pada LDL dengan dosis tinggi, tapi ga signifikan lebih baik dalam ngendaliin HbA1c, FPG, dan Fins di semua dosis harian.

Mayoritas RCT yang disertakan (13 dari 15 dalam meta-analisis ini) dilakukan di Asia; jadi, norma BMI Asia dipake buat analisis subkelompok. Tampaknya pasien Asia kurang terpengaruh sama efek samping penambahan berat badan glimepiride. Perlu uji coba multi-negara dan multi-etnis buat ngetes apakah glimepiride lebih cocok buat pasien Asia. RCT double-blind dengan periode tindak lanjut lebih lama harus dilakukan buat nilai efek samping lain kayak sistem kardiovaskular. Uji klinis baru yang bandingin metformin dan glimepiride buat monoterapi T2DM udah didaftarin. Jadi, pembaruan meta-analisis ini bakal dilakukan di tahun-tahun mendatang.

Hasil ini ngasih bukti langsung buat dukung rekomendasi ADA dan NICE buat pertimbangin glimepiride sebagai alternatif metformin. Meta-analisis kami nunjukin kalo keunggulan metformin dibanding glimepiride ga selalu signifikan, terutama pada pasien Asia.

Kesimpulan

Metformin dan glimepiride ga punya perbedaan signifikan dalam pengendalian glikemik pada T2DM, yang nunjukin kalo glimepiride bisa jadi pilihan kedua yang baik setelah metformin dalam monoterapi T2DM.

Referensi : 

Zhu, H., Zhu, S., Zhang, X., Guo, Y., Shi, Y., Chen, Z., & Leung, S. W. (2013). Comparative efficacy of glimepiride and metformin in monotherapy of type 2 diabetes mellitus: meta-analysis of randomized controlled trials. Diabetology & metabolic syndrome5(1), 70. https://doi.org/10.1186/1758-5996-5-70

Muhammad Ikmaluddin Furqon
Muhammad Ikmaluddin Furqon Hai nama saya adalah ikmal, saya adalah seorang dokter muda yang saat ini sedang menjalankan program profesi dokter, sembari belajar kedokteran saya akan membuat artikel-artikel penelitian di blog ini

Tidak ada komentar untuk "Perbandingan Glimepiride dan Metformin"